Skip to content

Wisata Budaya, Menelusuri Jejak Sejarah Kerajaan Majapahit

  • by

Kerajaan majapahit merupakan salah satu sistem pemerintahan yang pernah berkuasa di Nusantara. Sepak terjangnya terkenal karena mampu menyatukan Indonesia bahkan negara-negara tetangga pasa masa itu berada di bawah kekuasannya. Pada sejarah Indonesia, Majapahit merupakan negara terbesar Salah satu tokoh yang terkenal dan berjasa dalam penyatuan tersebut adalah Patih Gajah Mada.

Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13, tepatnya yaitu pada tahun 1293 Masehi. Pendirian ini diawali dengan runtuhnya kerajaan Singasari yang pada masanya juga merupakan kerajaan yang besar. Penamaannya pun berasal dari buah Maja yang rasanya pahit, dimana waktu itu banyak ditemukan oleh Raden Wijaya saat membabat hutan Tarik yang sekaligus merupakan cikal bakal kerajaan Majapahit.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Berdasarkan manuskrip kuno, kerajaan Majapahit terletak di kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Peninggalan-peninggalannya pun hingga kini masih dapat disaksikan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi konstruksi saat itu benar-benar dipikirkan agar bangunan tidak mudah roboh dan rusak. Sayangnya, masa kejayaan kerajaan Majapahit ini merupakan pertanda masuknya Islam yang akhirnya meruntuhkannya.

Pusat pemerintahan kerajaan Majapahit sempat berpindah-pindah karena mengalami krisis. Ibu kota utama nya yaitu berada di Mojokerto, kemudian bergeser ke daerah Trowulan yang merupakan salah satu daerah di kabupaten Mojokerto. Terakhir yaitu di daerah Daha atau yang saat ini dikenal dengan Kediri. Pusat pemerintahannya pun menempati bekas kerajaan Kediri hingga runtuh akibat perang saudara.

Raja-Raja yang Terkenal

Sama halnya dengan kerajaan lainnya di Indonesia, kerajaan Majapahit juga mengalami perubahan pemimpin silih berganti. Pada sistem monarki seperti ini, maka tahta akan diturunkan kepada anggota keluarganya silih berganti. Berikut raja-raja yang pernah memimpin kerajaan Majapahit.

  1. Raden Wijaya

Raden Wijaya merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan Majapahit yang bergelar Kertarejasa Jayawardhana. Memerintah mulai tahun 1293 hingga 1309. Raden Wijaya sendiri adalah keturunan dari kerajaan Singasari, yaitu anak dari Raja Kertanegara yang saat itu merupakan penguasa terakhir sebelum akhirnya gugur karena dibunuh pada saat pemberontakan Jayakatwang terjadi.

Sebagai raja, Raden Wijaya memiliki empat istri, dimana dua anaknya nantinya akan menjadi pemimpin, yaitu Jayanegara dan Tribhuwanatunggadewi. Selama masa pemerintahannya, pemberontak silih berganti datang hingga wafat.

  1. Jayanegara

Setelah kematian Raden Wijaya, pemerintahan kerajaan Majapahit digantikan oleh anaknya yaitu Jayanegara atau yang dikenal dengan Kalagemet dan bergelar Sri Jayanagara. Masa pemerintahannya yaitu dimulai tahun 1309 hingga 1328 Masehi. Sayangnya, putra mahkota ini tidak pandai dalam mengatur pemerintahan sehingga pemberontakan semakin sering terjadi.

Pemberontakan yang terjadi dapat diatasi oleh Gajah Mada yang pada saat itu masih menjadi anggota pasukan pengawal raja. Berkat kepandaian dalam bersiasat dan mengatasi pemberontakan, maka Gajah Mada diangkat sebagai Patih. Namun, pada akhirnya Jayanegara wafat karena dibunuh oleh Tabib Tanca di tahun 1328 dan menandakan berakhirnya masa pemerintahannya.

  1. Tribhuwanatunggadewi

Tribuwanatunggadewi merupakan adik kandung berbeda ibu dari Raja Jayanegara. Karena pada saat kematiannya, raj tidak memiliki keturunan, maka tahta kerajaan di turunkan pada adiknya. Kepemimpinannya dibantu oleh suaminya yaitu Kertawardhana. Ratu Majapahit ini bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi atau Sri Gitarja. Saat kepemerintahannya, ternyata pemberontakan juga tidak berhenti.

Pemberontakan yang terjadi pada masa ini yaitu Sadeng dan Keta. Sekali lagi, pemberontakan dapat dipadamkan oleh Patih Gajah Mada. Berkat jasanya tersebut, kemudian diangkat menjadi Mahapatih. Peristiwa bersejarah lainnya yang juga terjadi saat itu adalah pengucapan Sumpah Palapa oleh Gajah Mada. Pada akhirnya sumpah ini terwujud pada pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

  1. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk adalah putra dari Tribhuwanatunggadewi. Maka, tahta kepemerintahan diturunkan padanya. Saat itu, ratu mengundurkan diri dari sebagai pemimpin. Hayam Wuruk sebagai raja majapahit berikutnya, bergelar Sri Rajasanagara. Pada masa pemerintahannya inilah kerajaan Majapahit mengalami masa-masa keemasan hingga kekuasaanya mampu ditancapkan ke seluruh Nusantara hingga negara tetangga.

Bahkan pada masa itu, kerajaan Majapahit menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara dengan ekspor utamanya lada, kain dan garam. Karena hal inilah rakyat saat itu amat makmur. Di masa ini, kerajaan memiliki mata uang tersendiri yang terbuat dari campuran perak, tembaga, timah putih dan hitam. Selain itu, armada laut kerajaan majapahit adalah yang terkuat dengan di bawah kepemimpinan Mpu Nala.

Pada saat itu, ada kurang lebih 98 kerajaan yang tunduk di bawah kerajaan Majapahit. Sayangnya, kekuatannya mulai menurun ketika Mahapatih Gajah Mada wafat di tahun 1364. Kemudian Raja Hayam Wuruk juga akhirnya mangkat di tahun 1389 dan menandai masa kekuasaannya berakhir.

Setelah kepemerintahan Raja Hayam Wuruk berakhir, tahta diturunkan ke anaknya, yaitu Wikramawardhana. Namun, pada saat itu timbul perang saudara yang menyebabkan daerah-daerah kekuasaannya satu persatu melepaskan diri. Karena hal inilah, Majapahit menjadi kerajaan kecil sehingga kehilangan taringnya yang pada akhirnya lambat laun mengalami keruntuhan di tahun 1478 M setelah banyak berganti raja.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sebagai kerajaan dengan kekuasaan terbesar di tanah Nusantara, kerajaan majapahit meninggalkan berbagai macam peninggalan. Berdasarkan peninggalan inilah, kita dapat mengetahui keadaan Nusantara pada zaman dahulu. Peninggalannya ini berupa prasasti, kitab, candi dan berbagai artefak dimana keduanya masih cukup terawat hingga saat ini sebagai khasanah sejarah kerajaan Indonesia.

Beberapa prasastinya antara lain Wurare, Kudadu, Sukamerta, Balawi, Prapancasapura, Parungm Canggu, Biluluk, Karang Bogem dan Katiden. Sedangkan candi-candi peninggalannya ayti candi Tikus, Bajang Ratu, Sukuh, Wringin Lawang, Jabung, Brahu, Pari, Surawan, Wringin Branjang, Minak Jinggo, Rimbi dan Kedaton Desa Ngetos. Serta kibat Negarakertagama dan Sutasoma.

  • Situs Trowulan

Trowulan merupakan pusat pemerintah kerajaan Majapahit setelah dipindahkan dari Mojokerto. Situs ini sendiri menggambarkan sebuah kota yang mencakup 2 kecamatan dari 2 kabupaten, yaitu kecamatan Trowulan dan Soko serta Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Pada situs ini terlihat susunan kota yang lengkap mulai dari tempat tinggal, tempat peribadatan, pasar, hingga sawah.

  • Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu sendiri merupakan sebuah Gapura terbesar yang pernah dibangun pada masa kekuasaan Kerajaan Majapahit. Disebutkan dalam kitab Negarakertagama bahwa gapura ini adalah pintu masuk ke dalam bangunan yang suci. Pada bagian dindingnya terdapat relief Sri Tanjung. Konstruksinya berupa atap, badan, kaki, sayap dan juga pagar pada kedua sisinya.

  • Kitab Negarakertagama

Melalui apa yang ditulis pada Kita Negarakertagama inilah kita saat ini tahu bagaimana kehidupan raja-raja dan masyarakat terdahulu. Kitab ini merupakan karya sastra yang ditulis oleh Empu Prapanca. Isinya yaitu kisah tentang raja-raja yang pernah berkuasa di Nusantara termasuk di dalamnya menceritakan pemimpin-pemimpin dari kerajaan Majapahit.

Selain berkisah tentang raja-raja Nusantara, isi kitab Negarakertagama juga berisi tentang kehidupan sosial, politik, keadaan ekonomi dan kehidupan masyarakat saat itu. Bahkan bangunan-bangunan bersejarah juga terdapat pada kitab tersebut.

  • Kitab Sutasoma

Selain kitab Negarakertagama, peninggalan melegenda dari kerajaan Majapahit adalah Sutasoma. Pada kitab inilah asal usul semboyan “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hada Dharma Mangrawa” tertulis dan diabadikan. Sebenarnya kitab ini berkisah tentang pangeran Sutasoma yang merupakan anak raja, namun memilih perjalanan hidup yang berbeda dari keluarga dan saudara-saudaranya.

  • Candi Tikus

Candi Tikus merupakan salah satu peninggalan yang juga banyak dikenal oleh masyarakat sekitar. Menurut fungsinya, candi ini dahulunya adalah tempat pemandian dan juga penampungan air untuk masyarakat di kerajaan Majapahit pada saat itu, info menarik lainnya bisa cek di onoini.com semoga bermanfaat.